Minggu, 18 Januari 2009

AKAR MASALAH PALESTINA

Sampai hari ini bumi Palestina kian panas membara. Berpuluh tahun hingga hari ini kebrutalan Israel terhadap Palestina semakin menjadi-jadi. Setidaknya hanya dalam dua pekan, Israel membombardir Palestina dan Gaza City. Akibat serangan tersebut ribuan orang terbunuh, dan ribuan lagi terluka, serta bangunan hancurberantakan. Sisanya yang masih hidup mengalami penderitaan yang hebat karena kehilangan tempat tinggal, kemiskinan, kelaparan dan krisis obat-obatan. Kondisi ini diperparah dengan rusaknya fasilitas umum seperti pembangkit tenaga listrik, pengolahan air bersih yang dihancurkan oleh pasukan Israel. Situasi ini memaksa warga Palestina tinggal di daerah yang terisolasi dan tidak tersedianya makanan dan obat-obatan serta sanitasi yang baik. Dengan demikian sama halnya dengan pembantaian secara sistematis. Anehnya, serangan tersebut tidak hanya ditujukan kepada pasukan militer Palestina, anggota HAMAS dan Hizbullah , akan tetapi banyak menimpa korban warga sipil, baik serangan terhadap Palestina maupun Libanon. Misalnya sebuah rudal ditembakkan oleh militer Israel ke sebuah kendaraan yang mengangkut anggota kelompok HAMAS di Rafah – Gaza Selatan. Namun tembakan rudal Israel tersebut justru menewaskan warga sipil.

Sejarah Pendudukan Israel
Masalah Palestina secara riil muncul sebagai masalah politik sejak tahun 1916 M, ketika wilayah Turki Utsmani dibagi-bagi diantara negara Eropa, khususnya antara negara Perancis dan Inggris. Pada tahun itu menteri luar negeri kedua negara, yaitu Sykes dan Picot menyepakati perjanjian pembagian wilayah Timur-Tengah bagi kedua negara. Perjanjian ini dikenal sebagai perjanjian Sykes-Picot, dimana Palestina ditetapkan sebagai perbatasan kedua wilayah. Palestina sebagai wilayah bebas dari intrik kedua negara tersebut. Oleh karena itu mereka menjadikanya sebagai wilayah Internasional. Dari sinilah mereka mengupayakan penyerahan Palestina kepada Yahudi.
Langkah berikutnya diselenggarakan perjanjian Balfour, yang menyepakati penyerahan Palestina ke komunitas Yahudi. Kedua negara lalu memberikan bantuan harta, senjata dan bantuan lainnya bagi berdirinya negara Israel tersebut. Perkembangan berikutnya agar terjaga dan terjamin kepentingan AS di Timur-Tengah, AS ikut memberi saham yang cukup besar terhadap eksistensi negara Israel. Jadi Perancis dan Inggrislah yang membidani lahirnya negara Israel,
sedangkan yang mengasuh dan membesarkan adalah Amerika Serikat.
Cikal bakal Yahudi–Israel di Palestina ada sejak Napoleon menyerang negeri Syam (Palestina,Libanon dan sekitarnya). Ketika itu di Eropa berkembang ide menanam orang –orang Yahudi di jantung wilayah kaum muslimin. Secara politis ide ini muncul ke permukaan ketika Lord Cambel sebagai representasi Inggris dan negara Eropa menyebarkan suatu ketetapan. Di dalamnya ia menyatakan: “Di sana terdapat satu bangsa yang saling berhubungan, tinggal di seputar Teluk. Bahasa mereka satu, agama mereka satu, tanah mereka saling berhubungan dan dulu bergabung (jadi
satu), dan harapan mereka juga satu. Hari ini mereka berada di bawah kekuasaan kita, tetapi ia mulai menggeliat. Lalu apa yang akan terjadi pada kita jika ia bangun dan menjadi raksasa? Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk memastikan pengikatan bangsa ini dengan mengadakan negara di tengah-tengah mereka, yang nanti menjadi teman kita dan menjadi musuh bagi penduduk wilayah itu, dan Negara itu menjadi kekuatan yang menusuk raksasa tidur itu setiap
kali ia hendak bangun”
Krisis Palestina mulai menginternasional sejak pemerintahan Khalifah Utsmaniyah, yaitu Abdul Hamid. Saat itu orang-orang Yahudi dengan bantuan negara-negara kafir berusaha keras mewujudkan pemukiman mereka di Palestina. Pemimpin senior mereka adalah Hertzl, yang pada tahun 1901 M menawarkan (menyuap) sejumlah uang kepada bendahara Khilafah
Islamiyah, dengan maksud mendapat imbalan tanah Palestina sebagai pemukiman Yahudi.
Namun Khalifah Abdul Hamid menolak tawaran Hertzl, disertai perkataan Khalifah kepada menteri besar agar disampaikan kepada Hertzl, sebagai jawaban atas tawarannya itu :
“Sampaikan oleh kalian peringatan kepada Dr. Hertzl, agar dia tidak mencoba-coba untuk mengambil langkah-langkah baru apapun dalam persoalan ini , sungguh aku tidak bisa melepaskan bumi Palestina walau hanya sejengkal …bumi ini bukanlah milikku…melainkan milik umat Islam… Bangsaku telah berjihad dalam mempertahankan bumi tersebut dan telah menyiraminya dengan darah-darah mereka…lalu Yahudi itu meminta
untuk orang-orang mereka…dan jika Negara Khilafah suatu hari hancur , maka sungguh pada saat itu mereka akan dapat mengambil Palestina dengan cuma-cuma. Namun selama aku masih hidup, tertancapnya pisau bedah di tubuhku lebih ringan bagiku dari pada menyaksikan Palestina terlepas dari Negara Khilafah, dan hal itu tidak akan pernah terjadi. Sungguh aku tidak setuju untuk mencabik-cabik tubuh kita sendiri,
padahal kita masih hidup” Sayangnya setelah negara Khilafah berhasil dihancurkan oleh negara-negara kafir pimpinan Inggris. Penghancuran itu melalui kaki tangan–kaki tangannya di negeri-negeri Islam. Keadaan inilah yang memberi peluang Yahudi merampas bumi Palestina.
Setelah perjanjian Sykes Pycot, yang dilanjutkan dengan perjanjian Balfour pada tanggal 2 November 1917, lalu Inggris menetapkan perjanjian tersebut atas nama menteri luar negeri mereka saat itu. Isi perjanjian Balfour antara lain adalah, bahwa Inggris menjanjikan kepada Yahudi untuk menduduki Palestina dan mendirikan negara Israel bagi mereka (orang-orang Yahudi) di Palestina.
Pada saat Khilafah berhasil dihancurkan, seiring dengan berlangsungnya Perang Dunia I (PD I), muncul organisasi internasional yaitu Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Negara pemenang PD I yang berperan menetapkan pemberian mandat Inggris atas Palestina pada tahun 1922. Isinya antara lain Inggris akan merealisasikan perjanjian Balfour. Setelah itu Inggris mulai mengambil langkah yang melempangkan jalan bagi Yahudi untuk memasuki Palestina dari berbagai penjuru. Inggris juga melatih dan mempersenjatai orang-orang Yahudi tersebut.
Berakhirnya perang Dunia II, Liga Bangsa-Bangsa (LBB) berubah menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB).PBB memutuskan pembagian (daerah Palestina) melalui resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum nomor 181 pada tanggal 29 Oktober 1947. Keputusan tersebut membagi Palestina menjadi dua, antara penduduk Palestina dan kafir Yahudi yang merampasnya. Setelah itu Inggris menyerahkan sebagian besar wilayah Palestina ke Yahudi dan mendirikan sebuah negara Israel bagi mereka. Selanjutnya mereka mendeklarasikan sebuah negara Israel pada tanggal 1948. Serta merta negara-negara Barat, berlomba-lomba memberi pengakuan kepada Israel, antara lain: Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan Perancis. Kemudian Inggris dan Amerika, bersama-sama merumuskan resolusi untuk masalah Palestina, yang kemudian mereka namakan Resolusi untuk “Krisis Timur-Tengah”. Seluruhnya ditujukan untuk melayani kepentingan Amerika dan sekutunya, dengan cara memelihara eksistensi negara Israel.

Stigma Teroris Terhadap Pejuang Palestina
Setelah peristiwa WTC 11 September, pemerintahan Bush mempersiapka format perang baru terhadap dunia Islam dengan alasan memerangi terorisme. Issu tentang terorisme dipropagandakan secara internasional oleh Amerika Serikat dan sekutunya untuk membangun citra bahwa kaum muslimin adalah bangsa teroris.
Gayung bersambut. Israel memanfaatkan keadaaan tersebut dengan menempatkan perseteruan bangsa Israel-Palestina sebagai pertarungan antara Israel dengan terorisme. Dari sini selanjutnya Israel mencap pejuang Palestina adalah para teroris. Hal ini dilakukan agar negara pengasuhnya AS semakin ‘merestui’ tindakan brutalnya terhadap warga Palestina dan untuk mengopinikan bahwa tindakan Yahudi adalah sah-sah saja. Israel mengistilahkan perang melawan Palestina sebagai perang melawan terorisme. Sebagaimana ucapan Sharon: “ Kita harus menyegarkan ingatan, bahwa Arafat adalah orang yang bertanggung jawab karena telah melegalkan perampasan sejumlah pesawat pada beberapa puluh tahun terakhir”.
Israel bukan satu-satunya negara yang menggunakan istilah “perang melawan terorisme” untuk menindas kaum muslim Palestina. Ketika itu banyak negara-negara kafir seperti halnya India, Rusia dan Cina juga latah mencap kaum muslim yang berperang demi kemerdekaan dirinya disebut sebagai bangsa teroris.
Israel telah menjadikan media massa sebagai pusat propaganda, terutama untuk membentuk opini umum di Amerika, bahwa tidak ada lagi perbedaan antara kelompok Al-Qaedah dengan kelompok perlawanan Palestina. Sebagai tindak lanjut aksinya, Israel menyusun pertarungan yang sangat keras untuk menghadapi kelompok perlawanan Palestina, seperti halnya HAMAS. Bahkan Israel juga berhasil menyeret polisi Palestina untuk membantu memusuhi kelompok perlawanan tersebut.
Sebagai realisasi maka pada tanggal 13 Februari 2002, angkatan bersenjata Israel melancarkan aksi militer biadab ke jalur Gaza. Selanjutnya, sejak tahun 2002 Israel melakukan pengepungan dan memerangi Palestina atas nama memerangi terorisme. Hal tersebut mereka lakukan dengan mengikuti arahan propaganda perang Amerika melawan terorisme (baca:Islam). Dalam peperangan era tahun 2002 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kekhasan itu antara lain adalah tabiat peperangan yang lebih kejam, dan adanya permintaan secara terang-terangan
oleh Amerika kepada otoritas Palestina untuk mewujudkan sebuah kepemimpinan Palestina yang lebih dekat kepada Amerika (taqorrub ila Amerika).
Catatan penting adalah, Amerika menutup mata atas tindakan biadab yang dilakukan Sharon PM Israel). Bahkan, Amerika mengirimkan senjata
kepada pemerintahan Israel (Republika, 24 Juli 2006). Tindakan Sharon menjadi bagian dari pelaksanaan agenda AS yang telah di tegaskan oleh Bush ( perang melawan terorisme) . Terlebih lagi dengan pernyataan Bush : “ Apakah anda akan bersamaku, ataukah bersama teroris”. Artinya kaum muslimin yang berjuang untuk Palestina dan yang membantu perjuangan tersebut dicap teroris (menurut pandangan AS dan sekutunya).
Israel memanfaatkan legalisasi tersebut dengan semakin meningkatkan tindakan kejam dan biadabnya dalam menghancurkan Palestina. Aksi kekejaman Yahudi merupakan bukti
kongkrit bahwa Israel berada bersama-bersama denganAmerika dalam perang melawan terorisme. Dukungan yang luas dari pemerintahan Bush inilah yang mendorong kebrutalan, kebiadaban dan kekejaman Israel semakin meningkat sampai
di luar batas kemanusiaan.

Akar Permasalahan
Penyebab terjadinya krisis di Palestina adalah perampasan tanah Palestina oleh Yahudi. Selanjutnya Zionis Israel meminta tanah Palestina dibagi dua wilayah yaitu negara Israel (perampas) dan Palestina. Adapun tujuan didirikan negara Israel oleh Inggris adalah untuk menjamin kepentingan Inggris yang disusul oleh Amerika
Serikat di Timur Tengah, menghancurkan Khilafah dan menghalangi tegaknya kembali sistem kekhilafahan tersebut. Sudah nyata, bahwa mereka senantiasa memusuhi Islam. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT: Artinya : “Mereka (musuh-musuh Islam,
yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani) tidak
akan pernah sekali-kali rela kepadamu sampai
kamu mengikuti agama(idiologi) mereka”.(QS al
Baqarah[2] : 120)

Khilafah Sebagai Solusi
Palestina mulai bersinar di pentas sejarah kaum muslimin, sejak Allah SWT menyatukan negeri ini dengan Baitulloh al Haram, ketika meng-isra’kan Rasul-Nya Saw dari Masjid Al Haram menuju Masjid al-Aqsha. Firman Allah SWT :
Artinya : “ Maha Suci Zat yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam,
dari masjid al Haram menuju masjid al Aqsha yang telah Kami berkahi di sekitarnya (TQS. Al
Isra [17] : 1).
Dari ayat tersebut sungguh Allah SWT telah menjadikan tempat tersebut sebagai bumi
yang suci lagi diberkahi. Hati kaum muslimin terpaut erat dengan ibu kota Palestina (Baitul Maqdis), karena Allah SWT. telah menjadikanya sebagai kiblat yang pertama, sebelum Allah SWT memerintahkan untuk menghadap ke arah kiblat yang kedua (Ka’bah al Musyarrafah), 16 bulan setelah peristiwa hijrah. Selanjutnya pada masa Khalifah Umar bin Khathab, telah menaklukannya pada tahun 15 Hijriyah dan menerima kunci dari uskup agung Saphranius. Mulai saat itulah Baitul Maqdis adadalam genggaman dan kendali kepemimpinan kaum muslimin. Hanya saja, dalam perjalanan sejarah, pada
saat kekhilafahan sudah hancur, maka bumi Palestina menjadi terkoyak tiada henti sampai hari ini. Bahkan bumi Palestina menjadi santapan
kebrutalan bagi Yahudi dan negara-negara kafir lainya untuk menghancurkan eksistensi kaum muslimin dan sebagai jembatan untuk memporak- porandakan dunia Islam.
Dengan ketidakberdayaannya, hingga hari ini, para penguasa yang ditelikung musuh tidak akan mampu membebaskan dirinya dari kotoran najis Yahudi. Mereka akan selalu menyerahkan kemuliaan ummat kepada orang-orang Yahudi itu sampai kapanpun, demi menjaga kekuasaan mereka. Otoritas Palestina yang lemah tidak akan sanggup membebaskan bumi Palestina. Bumi Palestina yang telah ditaklukkan oleh Umar ra. dan dibebaskan dari tentara salib oleh Shalahudin, saat ini memerlukan generasi penerus sekaliber Umar dan Sholahudin agar bisa membebaskan bumi Palestina. Persoalan Palestina bukan hanya persoalan bagi penduduk Palestina atau bangsa Arab saja, melainkan pada kenyataannya adalah persoalan Islam.
Persoalan Palestina dan tempat-tempat suci Islam adalah persoalan negeri Islam yang telah dirampas oleh Yahudi dengan bantuan negara- negara kafir adidaya yaitu Inggris dan Amerika serta penguasa kaum muslimin yang menjadi kaki
tangan mereka.
Palestina adalah negeri Islam, dan merupakan bagian Selatan dari negeri Syam yang telah ditaklukkan oleh kaum muslimin dengan darah mereka. Oleh karena itu tidak ada sejengkal tanahpun yang luput dari darah para mujahid. Palestina adalah milik seluruh kaum muslimin dan kaum muslimin wajib mengorbankan darah dan nyawanya untuk mengambilnya kembali. Pengabaian terhadap bumi Palestina, walau hanya sejengkal adalah pengkhianatan terhadap Allah SWT, RasulNya dan seluruh kaum muslimin. Allah SWT mewajibkan kaum muslimin berjihad untuk menyelamatkan Palestina dari cengkeraman
Yahudi, sekaligus melenyapkan institusi Yahudi (negara Israel) dari Palestina, serta memusnahkan hegemoni Amerika beserta sekutunya.
Inilah persoalan dan kenyataannya. Persoalan ini telah beralih menjadi obyek perseteruan internasional antara Amerika dan Inggris sepanjang abad silam. Artinya, persoalan Palestina telah menjadi salah satu masalah
hubungan internasional. Kondisi ini terjadi setelah runtuhnya negara Khilafah Islamiyah, lalu negara-negara Barat kafir menguasai wilayah tersebut dan merubah wilayah muslim tersebut menjadi wilayah kafir. Wilayah kafir tersebut sebagai penjaga kepentingan Amerika dan sekutunya.
Amerika, pada abad terakhir dari sejarah perseteruan di Palestina telah menempatkan pengaruhnya yang semakin kuat di wilayah itu, tidak hanya terhadap kaki tangannya saja, melainkan terhadap kaki tangan Inggris. Para kaki tangan tersebut tidak sanggup melawannya. Seandainya mereka dapat menjegal maka AS akan segera bisa menundukkannya kembali.
Sepak terjang Amerika benar-benar mengendalikan berbagai keadaan yang ditujukan memunculkan krisis Timur Tengah. Secara kasat mata, Amerika telah menetapkan sejumlah rencana dan aturan main, sedangkan yang lainnya menerima rencana dan aturan main tersebut.
Para kaki tangan itu berusaha berjalan seiring
dengan Amerika, demi meraih kepentingan-kepentingan mereka sendiri, atau demi mengamankan posisi mereka dalam kancah perseteruan yang sedang berlangsung.
Para penguasa Arab sama sekali tidak memiliki peran dalam mengeluarkan kebijakan yang berpengaruh dalam penyelesaian konflik Palestina selain hanya sebagai operator Barat. Sementara itu, negara-negara besar seperti Rusia, Inggris dan Perancis berusaha mengambil bagian dalam percaturan tersebut di samping Amerika, dengan cara mengikuti aturan main
Amerika. Amerika lah yang menyodorkannya terlebih dahulu, lalu negara-negara lain segera mengambil dan menjalaninya. Keadaan tersebut amat jelas terlihat pada kasus peta jalan damai. Oleh karena itu peran negara-negara selain Amerika hanyalah sebagai obyek pelengkap dan pendukung Amerika.

Wahai kaum muslimin!
Sesungguhnya tidak ada alasan bagi kalian
untuk takut kepada Amerika, apalagi Israel. Sebab meskipun saat ini industri militer dunia Islam dalam keadaan mundur, secara kuantitas potensi militer dunia Islam sesungguhnya sangat besar. Seandainya dari satu milyar penduduk dunia Islam direkrut 1% saja maka akan didapat 10 juta tentara.
Bahkan berdasarkan data CIA The Word Fact Book, potensi kekuatan militer (military manpower availability) dan dinas militer (fit formilitary service) yang dimiliki oleh beberapa negeri Islam cukup fantastis. Potensi militer Mesir 18.562.994 dengan 12.020.059 (dinas militer); Irak 5.938.093; Iran 18.319.328 dengan 10.872.407(dinas militer); Pakistan 35.770.928 dengan 21. 897.336 (dinas militer); Turki 8.882.272 dengan 11.432.428 (dinas militer) ; Indonesia 64.046.149 dengan 37.418.755(dinas militer).
Jadi dengan gabungan tentara Mesir, Irak, Iran, Pakistan,Turki dan Indonesia saja potensi pasukan muslim yang tersedia sudah mencapai sekitar 162 juta. Padahal ini baru dari 6 negeri muslim, belum seluruh negeri-negeri muslim yang jumlahnya lebih dari 50 negara. Bandingkan dengan potensi militer AS yang hanya 79 juta;
apalagi dengan Israel yang potensi militernya hanya 1,5 juta pasukan pria dan 1,4 juta pasukan wanita.
Hanya dengan melihat potensi militer ini saja seharusnya negeri-negeri Islam tidak seharusnya takut kepada Amerika apalagi Israel. Kalian memiliki peluang besar untuk menghancurkan musuh-musuh kalian dan mengembalikan setiap jengkal bumi Islam yang telah dirampas mereka.
Tidak hanya itu bahkan kalian mampu menaklukkan negeri-negeri mereka dan
menyebarluaskan kebaikan, mengubah kekufuran dengan cahaya Islam di seperempat bagian dunia, sehingga kalian bisa menjadi umat yang disegani
dan menjadi negara adidaya.
Sungguh, dengan semua peluang yang kalian miliki yaitu tentara, kekayaan alam dan kekuatan Aqidah Islam seharusnya kalian mampu memperoleh kemenangan itu dengan syarat kalian bersatu dan dalam wadah negara Khilafah Rasyidah.
Tatkala kaum muslimin bersatu di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah maka Amerika dan sekutunya tidak akan mampu mengalahkan. Namun kini kalian menyaksikan bahwa kaum muslimin dijadikan santapan lezat bagi mereka. Kalian lihat bagaimana kaum muslimin di Khasmir, Checnya, Afghanistan, Ciprus, Sudan (selatan) dan Irak telah dibantai, disiksa, dikubur hidup-hidup, dibakar hidup-hidup, serta para wanita diperkosa dan dirampas harta bendanya. Sekarang, akan meminta tolong kepada siapa lagi, kalau tidak segera bersatu menegakkan Khilafah Islamiyah. Tidak jerakah kalian minta tolong kepada PBB yang telah nyata menjadi alat bagi kepentingan Amerika dan sekutunya. Bukankah masih segar dalam ingatan kalian resolusi 57 negara anggota
OKI kepada PBB pertengahan Juli 2006 tentang kecaman terhadap serangan brutal Israel ke wilayah Libanon dan Palestina yang disetujui oleh semua Dewan Keamanan (DK) PBB, kemudian diveto oleh Amerika sebagai negara penyokong Israel. Dengan demikian gagalah resolusi itu.


Lihatlah kekuatan 57 negara muslim dihina dan dikalahkan oleh satu negara kafir. Adapun peran Liga Arab dan OKI, baru mampu membuat pernyataan yang berisi kecaman dan seruan yang tak memiliki pengaruh sedikitpun untuk membuat gentar pasukan pendudukan Israel. Tidaklah kalian saksikan penguasa negeri- negeri muslim saat ini memiliki militer dan persenjataan yang sangat besar tapi tidak pernah berperang membela agama dan memerangi para perusak agama. Mereka telah menjual akhiratnya
untuk kepentingan dunia.
Sungguh hanya Negara Khilafah sajalah yang sanggup menyingkirkan Amerika dan sekutunya dari arena internasional, menghancurkan hegemoni Amerika atas negeri-negeri Islam, menyelamatkan dunia dari kejahatan mereka dan menyebarluaskan cahaya Islam ke seluruh dunia, menghancurkan institusi Yahudi perampas Palestina. Dan mengembalikan Palestina keharibaan Islam.
Namun demikian, saat ini, ketika Khilafah belum berdiri, para penguasa di negeri-negeri Islam sudah seharusnya membantu bahkan wajib mengirim pasukan-pasukannya dari kaum muslimin untuk mengusir Israel. Jangan hanya berdiam diri dan mencukupkan diri hanya dengan mengecam. Israel tidak akan bergeming sedikitpun dengan berbagai kecaman. Saksikanlah bahwa kekejamandan kebiadaban telah benar-benar terjadi.
Wahai kaum muslimin, bantulah dengan apasaja yang anda sanggupi, baik dengan tenaga,pikiran, hingga harta benda dan do’a.. Sungguh setetes air dan
seperak uang sangatlah berguna bagi saudara
kita.
Terakhir, marilah kita bersama-sama bahu membahu dalam menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah. Sebab hanya dengan Daulah Khilafah isalamiyah darah dan kehormatan kaum muslimin dapat dijaga dengan sebaik-baiknya. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menjadi pembela Islam demi kemuliaan Islam dan kaum
muslimin (‘izzul Islam wal Muslimin).Amin. Ya Mujiibassailiin.

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda